Jangan Asal Buat SOP! Terapkan Strategi Berbasis Risiko & Regulasi
Pelajari bagaimana menyusun SOP berbasis risiko dan kepatuhan regulasi untuk memastikan operasional perusahaan berjalan efektif, efisien, dan sesuai aturan hukum yang berlaku.
Dalam dunia bisnis yang terus berkembang dan diatur oleh berbagai regulasi, penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) tidak bisa hanya berfokus pada efisiensi operasional. Kini, perusahaan perlu menyusun SOP yang juga mempertimbangkan aspek manajemen risiko dan kepatuhan terhadap regulasi. SOP berbasis risiko dan kepatuhan tidak hanya menjadi pedoman kerja, tetapi juga alat pengendali internal yang membantu organisasi menghindari potensi pelanggaran hukum dan kerugian operasional. Artikel ini akan membahas langkah-langkah strategis dalam menyusun SOP yang tidak hanya fungsional, tetapi juga responsif terhadap risiko dan peraturan.
Daftar Isi
1. Pengertian SOP Berbasis Risiko dan Kepatuhan Regulasi

SOP berbasis risiko adalah dokumen prosedural yang dirancang dengan mempertimbangkan potensi risiko yang dapat terjadi dalam setiap tahapan proses kerja. Tujuannya adalah meminimalkan dampak negatif dan meningkatkan kontrol terhadap aktivitas organisasi.
Sedangkan kepatuhan regulasi (regulatory compliance) mengacu pada kesesuaian prosedur kerja dengan ketentuan hukum, standar industri, dan peraturan pemerintah yang relevan. SOP yang disusun dengan memperhatikan kedua aspek ini menjadi landasan tata kelola yang baik (good governance).
2. Mengapa Perlu SOP Berbasis Risiko dan Regulasi?
Beberapa alasan pentingnya pendekatan ini dalam penyusunan SOP antara lain:
- Memastikan Kepatuhan Hukum: Mencegah pelanggaran regulasi yang dapat menimbulkan sanksi hukum.
- Mengurangi Risiko Operasional: Menurunkan potensi kesalahan, fraud, atau kecelakaan kerja.
- Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Internal: Memastikan seluruh kegiatan memiliki titik kontrol yang sesuai.
- Mendukung Audit Internal dan Eksternal: Dokumen yang tersusun rapi dan sesuai regulasi mempermudah proses audit.
- Meningkatkan Kepercayaan Stakeholder: SOP yang profesional mencerminkan sistem kerja yang kredibel dan akuntabel.
3. Langkah-Langkah Penyusunan SOP Berbasis Risiko

Berikut adalah tahapan umum yang bisa diterapkan:
a. Identifikasi Proses Bisnis
Pahami alur proses yang akan didokumentasikan, termasuk input, output, aktor, dan sistem yang terlibat.
b. Analisis Risiko (Risk Assessment)
Gunakan pendekatan seperti FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) atau RISK MATRIX untuk mengidentifikasi titik risiko pada setiap tahapan proses.
c. Tentukan Pengendalian Risiko
Tentukan kontrol mitigasi (preventif, detektif, korektif) yang akan diintegrasikan ke dalam SOP.
d. Susun Format SOP
Gunakan format yang mencakup elemen: tujuan, ruang lingkup, referensi, definisi, tanggung jawab, alur kerja, indikator risiko, dan langkah-langkah kerja.
e. Validasi Internal
Lakukan review lintas fungsi untuk memastikan SOP mencerminkan praktik aktual dan memenuhi prinsip manajemen risiko.
4. Integrasi Kepatuhan Regulasi dalam SOP

Untuk memastikan SOP sesuai regulasi:
- Rujuk Standar dan Regulasi Terkait: Misalnya ISO, Permen, PP, atau ketentuan sektoral seperti OJK, BPOM, atau Kemenaker.
- Gunakan Referensi Hukum di Dokumen: Cantumkan nomor dan pasal regulasi yang relevan sebagai referensi hukum.
- Konsultasikan dengan Divisi Legal/Compliance: Untuk menghindari multi-tafsir terhadap aturan hukum.
- Update Berkala: SOP perlu direvisi setiap kali terjadi perubahan kebijakan pemerintah atau hukum.
5. Tools dan Metodologi Pendukung
Penyusunan SOP berbasis risiko dapat difasilitasi oleh beberapa tools berikut:
Tools/Metode | Fungsi |
---|---|
RACI Matrix | Menjelaskan peran dan tanggung jawab dalam setiap langkah proses |
Risk Matrix | Mengukur tingkat risiko berdasarkan probabilitas dan dampaknya |
SIPOC Diagram | Menggambarkan proses secara makro untuk memudahkan identifikasi titik risiko |
Regulatory Checklist | Daftar peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap unit kerja |
6. Studi Kasus Singkat
Kasus: SOP Pengadaan Barang di Perusahaan Manufaktur
Setelah dilakukan risk assessment, ditemukan bahwa titik risiko tertinggi terjadi pada proses verifikasi vendor. Beberapa vendor tidak memenuhi kriteria legalitas dan pernah terlibat kasus suap.
Solusi dalam SOP:
- Menambahkan tahapan Due Diligence pada verifikasi vendor.
- Menyertakan compliance check oleh tim legal sebelum PO diterbitkan.
- Mewajibkan form self-declaration dan NPWP/izin usaha yang masih berlaku.
7. Tips Implementasi dan Evaluasi

- Training Karyawan: Edukasi seluruh unit kerja terkait perubahan SOP.
- Monitoring Berkala: Gunakan KPI dan indikator risiko untuk memantau efektivitas SOP.
- Audit Internal: Lakukan audit SOP setiap 6-12 bulan.
- Gunakan Sistem Digital: Manfaatkan software SOP management untuk dokumentasi dan distribusi.
Kesimpulan
Menyusun SOP berbasis risiko dan kepatuhan regulasi bukan hanya soal memenuhi persyaratan administratif, tetapi merupakan langkah strategis dalam membangun organisasi yang tangguh, patuh hukum, dan siap menghadapi tantangan. Dengan pendekatan yang sistematis, perusahaan dapat mengintegrasikan manajemen risiko dan regulasi ke dalam aktivitas sehari-hari secara efektif. Maka dari itu, sudah saatnya SOP dijadikan alat tata kelola dan bukan sekadar dokumen formalitas.
Jika Anda masih bingung seputar Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP), Anda bisa ikut program Sertifikasi HR Manager untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian HR Manager. Dapatkan juga informasi menarik lainya di Instagram Master Kinerja.
Ditinjau oleh : Dr. Tri Utomo Wiganarto, MM