VUCA, Strategi Bisnis Mempertahankan Stabilitas Perusahaan Di Tengah Pandemi
Strategi bisnis VUCA sebenarnya sudah ada dan digunakan jauh sebelum terjadinya pandemi. Di dunia bisnis, para pemimpin bisnis sudah menghadapi lingkungan yang terus berubah dan sulit sekali untuk di prediksi. Namun, kondisi pandemi benar-benar membuat pemimpin bisnis terkejut karena efek yang terjadi begitu dahsyat bagi mereka dan stabilitas perusahaan.
Kali ini, mereka bukan hanya menghadapi situasi era disrupsi digital yang mana mengguncang struktur pasar dan menumbangkan industri lama yang masih mengedepankan sisi tradisional, namun kini mereka juga harus menghadapi kondisi pandemi yang membuat perusahaan layaknya ‘jungkir balik’ hingga Indonesia sempat hampir akan mengalami resesi.
VUCA muncul sebagai salah satu analisis yang digunakan oleh para pebisnis saat menghadapi kondisi sulit, lalu seperti apa analisis VUCA dan bagaimana strategi bisnis yang bisa di rancang oleh para pemimpin bisnis? Baca artikel ini sampai habis.
Sejarah VUCA
VUCA pertama kali muncul dalam teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus pada tahun 1987. Kemudian analisis ini digunakan pada pelatihan kepemimpinan militer di Amerika untuk menggambarkan situasi politik keamanan yang mengalami perubahan cepat.
Sejak itulah, analisis VUCA lambat laun juga digunakan dalam pelatihan kepemimpinan bisnis sebagai salah satu skill yang harus dikuasai para pemimpin khususnya dalam perencanaan strategis.
Definisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity)
VUCA memiliki 4 analisis yang bisa menjadi strategi bisnis untuk mempertahankan stabilitas perusahaan di tengha terjangan badai pandemic. Pertama, Volatility, karena dunia yang berubah dengan cepat, maka seorang pemimpin harus bisa memastikan visi dan misi tujuan perusahaan selaras dengan kecepatan perubahan saat ini.
Kedua, Uncertainty. Ketidakpastian memang tidak bisa di prediksi dan kadang menjadi hal yang tidak diharapkan sama sekali. Seorang pemimpin harus bisa bersikap visioner dan fleksibel serta memiliki perspektif baru untuk menyusun strategi bisnis yang tepat kedepannya.
Ketiga, Complexity. Masalah perusahaan yang makin lama makin rumit membuat pemimpin harus bisa mengembangkan organisasi yang kolaboratif. Belajar untuk mencari banyak solusi karena dunia bisnis saat ini berubah dengan cepat.
Terakhir, Ambiguity. Situasi dimana tidak ada yang jelas, yang di tafsirkan kita akan berbeda dengan orang. Disinilah tugas pemimpin untuk bisa mendengarkan pendapat orang lain dan berpikirlah secara out of the box.
Itulah analisis VUCA yang bisa Anda jadikan sebagai acuan strategi bisnis demi mempertahankan stabilitas perusahaan. Jika Anda membutuhkan kompetensi Human Resource yang berstandar nasional, Anda bisa mengikuti program pelatihan bersertifikasi BNSP di program kami, Sertifikasi Human Resource.
Kunjungi website dan Instagram kami untuk informasi lebih lanjut.