Cara HR Hadapi Hustle Culture untuk Jauhi Ancaman Turnover
Hustle Culture sedang menjadi perbincangan khalayak usai Elon Musk menitahkan para karyawan Twitter untuk bekerja hingga 80 jam per minggu. Hal ini ia sampaikan karena melihat kerja keras yang dilakukannya rupanya mampu membawa dirinya pada kesuksesan yang besar.
Forbes bahkan mencatat kekayaan Elon Musk sebesar SD306,5 miliar atau setara Rp4.386 triliun. Namun meskipun begitu, seharusnya Elon Musk memikirkan bahwa setiap orang memiliki standar hidup yang berbeda, ia tidak boleh menyamaratakan bawahannya harus berkembang seperti dirinya.
Memang, tidak ada salahnya untuk memotivasi karyawan bekerja secara optimal dan produktif, namun sebagai tim HR, Anda harus sadar bahwa peneran Hustle Culture juga memiliki dampak yang buruk bagi karyawan, bahkan dapat menyerang baik fisik maupun mental karyawan akibat pressure bekerja yang lebih dari normal.
Budaya Hustle Culture rupanya membawa dampak yang negatif bagi perkembangan karyawan, tak heran saat Elon Musk menitahkan karyawan-karyawan Twitter, perusahaan yang ia akuisisi untuk bekerja 80 jam bahkan lebih, banyak karyawan Twitter yang akhirnya mengajukan pengunduran diri akibat gaya bekerja Hustle Culture yang dianggap tidak baik untuk Work Life Balance mereka.
Meskipun Hustle Culture menjanjikan kesuksesan yang besar seperti hal nya Elon Musk dengan kekayaannya yang melimpah, namun Hustle Culture memiliki dampak yang negatif dan jika dibiarkan, akan sangat berbahaya, baik untuk karyawan maupun perusahaan.
Dampak yang dihasilkan dari gaya kerja Hustle Culture antara lain produktivitas menurun, burnout, toxic productivity, mental health anxiety, masalah kesehatan fisik hingga pengunduran diri massal.
Lalu, sebaiknya apa yang harus dilakukan tim HR dalam menghadapi gaya kerja Hustle Culture? Bagaimana cara HR dalam mengelola karyawan agar tetap bekerja secara optimal tanpa harus membebani mereka dan menganggu Work Life Balance mereka? Simak ulasannya berikut ini.
Tetapkan Batasan Waktu Kerja
Perusahaan yang menerapkan Hustle Culture maka karyawannya akan rentan terkena burnout, dan hal ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena akan berdampak pada kesehatan mental dan fisik karyawan.
Hal yang bisa Anda lakukan adalah menetapkan batasan waktu kerja. Misalkan, semua kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan perusahaan hanya boleh dilakukan pada hari dan jam kerja, diluar hari dan jam tersebut, perusahaan dilarang menganggu waktu libur/istirahat karyawan.
Meskipun hanya mengirimkan pesan singkat, namun hal tersebut sangat dilarang dilakukan diluar jam kerja, karena akan memberikan pressure kepada karyawan di waktu liburnya. Sehingga, untuk mengirimkan email atau pesan singkat tetap harus dilakukan di hari dan jam kerja.
Berikan Waktu Istirahat Untuk Karyawan
Memberikan hak karyawan untuk mengambil waktu istirahat seperti cuti dan libur di hari akhir pekan harus Anda lakukan. Tujuannya agar karyawan tetap memiliki waktu luang yang cukup untuk mereka beristirahat, berkumpul dengan keluarga, bermain atau menghabiskan waktu dengan teman-teman mereka tanpa harus memikirkan pekerjaan mereka.
Bahkan, seorang ahli bernama Dr. Hoffman mengatakan bahwa waktu pribadi dapat memberikan kenyamanan dan batasan antara waktu kerja dengan waktu luang karyawan. Ini juga dilakukan untukĀ meminimalisir karyawan mengambil waktu lembur, sehingga karyawan dapat menikmati waktu luang nya dengan nyaman dan baik.
Membangun Ketahanan Kepada Karyawan
Meskipun Anda memberikan kebebasan bagi karyawan untuk mendapatkan hak mereka terkait waktu luang mereka, namun jangan lupa Anda juga tetap harus menjaga fokus dan performa karyawan di perusahaan.
Sebagai tim HR, Anda dapat mengajak mereka berdiskusi dan mempersuasi mereka untuk tetap fokus akan alasan mengapa mereka bekerja di perusahaan, apa makna dari pekerjaan yang mereka lakukan, kemudian merefleksikan nya kepada hubungan mereka dengan rekan kerja mereka.
Jangan lupa beri selalu mereka dukungan, seperti memuji mereka karena sudah bisa melewati masa-masa sulit tanpa menurunkan semangat dan performa kerja mereka. Sehingga mereka selalu merasa termotivasi karena sebagai HR, Anda selalu mengayomi mereka.
Itulah dia beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dampak Hustle Culture bagi karyawan. Selalu ingat untuk tidak memberikan karyawan Anda tekanan pekerjaan yang berlebih, batasi ruang antara waktu kerja dengan waktu luang mereka karena karyawan juga memiliki kehidupan mereka sendiri, dan hidup mereka bukan hanya tentang pekerjaan mereka saja.
Ikuti selalu perkembangan informasi ter-update seputar manajemen karyawan dan Human Resource di Master Kinerja. Jangan lupa untuk ikuti kelas eksklusif bersertifikasi nasional BNSP, Sertifikasi Human Resource Manager bersama BNSP dan Master Kinerja. Klik disini untuk dapatkan informasi mengenai kelas nya.